CERITA SEX KORBAN ABG MANIAK

.gif)





Saya sedang membanting pantatku di jok belakang taxi, disaat dering HP-ku memanggil. Kuperhatikan terang sekali bahwa ini nomer yg sama dari dua kali panggilan tadi. Namun lantaran saya merasa tak mengenalnya, saya sama sekali tak menanggapinya. “Kenapa tak diangkat, Bang..?” bertanya sopir taxi yg sekilas melihatku melalui spionnya. “Buat apa. Paling-paling jurnalis ‘bodrek’. Menawari informasi kemenanganku ini di koran kelas ‘teri’-nya. Bosen saya berurusan dgn mereka..!” sahutku sambil kuperhatikan sekali lagi dengan cara kilas dua medali emas & piala jagoan pujaan kontes binaraga kelas junior ini. Putri77.com
Taxi meluncur kencang membawaku pulang ke rumah kontrakanku di daerah Radio Dalam. Taxi tetap melenggang di atas aspalan Sudirman disaat nomer Mobile Phone itu muncul lagi di monitor HP-ku. Berdering & berdering minta diangkat. Terpaksa kali ini saya menerimanya dgn enggan.
“Hai Andre, angkuh bener sih, nggak ingin terima telponku. Mengapa..?”
“Sori Mbak. Ini siapa, & ada apa..? Saya merasa nggak kenal kamu.”
“Benar. Kita belum sempat saling kenal kok. Namun saya senantiasa mengawasi kemajuanmu dalam bertanding binaraga. Pokoknya saya senantiasa mengikutimu kemana anda berlaga memamerkan tubuhmu yg berotot kekar namun indah & seksi sekali itu. Saya menyukai sekali. Tidak Sedikit teman-temanku yg mengidolakan dirimu lho Mas. Kupikir periode depanmu tentu cerah sekali didunia binaraga. Dengan Cara Apa nih, kami ingin kenalan lebih dekat lagi, pula foto-foto dengan atlet pujaan kami. Gimana Mas..?”
Saya sejenak berpikir. Siapa sih mereka? Apa maksudnya? Jikalau saya tolak, saya merasa merendahkan atau menyepelekan apa yg namanya fans atau peminat. Fans atau pecinta, terlebih jurnalis itu yakni jalur yg tak boleh kulawan. Mereka mesti kurangkul & akrabi. Demikian nasehat kawan-kawan seniorku di dunia olahraga yg tidak sedikit penggemarnya.
“Baiklah. Di Mana ini kalian seluruhnya..?” tanyaku sesudah menghelakan nafasku.
Satu Buah daerah pemukiman elite disebutkan nada cewek itu. Permata Hijau. Saya langsung minta sama sopir taxi serta-merta meluncur ke alamat yg dituju. Kuperhatikan jam tanganku telah menunjukkan pukul 23:45 pas. Waktuku utk istirahat. Namun demi fans, saya rela membagi waktuku dgn mereka.
Rumah mewah itu benar-benar nampak sepi, gelap, dgn halamanya yg nampak teduh. Berlantai tiga dgn gaya arsitektur spanyol yg unik. Bergegas saya serentak turun & kuperhatikan sejenak taxi sudah menghilang di tikungan jalan. Kembali saya tonton alamat rumah yg kutuju itu. Saya serta-merta menyelinap masuk ke dalam halamannya sesudah terhubung sedikit pintu gerbangnya yg dari besi dicat hitam. Hujan mendadak turun bersama rintik-rintik. Berburu saya lari mungil menuju teras yg tinggi, lantaran saya harus menaiki anak tangganya.
Saya dgn tak sabaran menekan-nekan bel pintunya yg yg terlihat sekali aneh bagiku, karena tombol bel itu berupa puting susu dari patung dada perempuan. Tak berapa lama, pintu model tarung kuku itu terbuka. Saya seketika berdecak kagum & ‘ngiler’ berat menyaksikan figur penggemarku nyata-nyatanya anak baru tumbuh yg bertubuh seksi.
“Mas Andre, ya? Ayo Mas, dua temanku telah tidak sabar nungguin Mas. Agar kubawakan pialanya.. yuk..!” tutur gadis berumur seputar 17 th itu ramah sekali menyambar piala & tas olahragaku.
Saya menyibakkan sebentar rambut gondrongku yg basah sedikit ini, sambil sejenak kuperhatikan gadis itu menutup & mengunci kembali pintunya.
“Ng.., maaf, belum kenalan..,” gumamku perlahan menciptakan gadis punya rambut pendek cepak ala tentara pria itu menghentikan langkahnya dulu memutar tubuhnya ke arahku sambil mengumbar senyun manisnya.
“Oh ya, saya Tami..,” sahutnya menjabat tanganku erat-erat.
Hekto Meter, halus & empuk sekali jemari ini, seperti tangan bayi.
Tami yg berkulit kuning langsat itu melirik ke sebelah, dimana dari balik korden muncul dua temannya. Seluruhnya seusia dia.
“Ayo kepada kenalan..!” sambung Tami.
Tengah Malam ini Tami memanfaatkan kaos singlet hitam ketat & celana pendek kembang-kembang ketat juga, maka saya akan bersama terang menonton sepasang pahanya yg mulus halus. Bahkan saya sanggup menyaksikan, bahwa Tami tidak memakai BH. Terang sekali, kelihatan kepada dua bulatan mungil yg menonjol di ke-2 ujung dadanya yg kira-kira berukuran 32.
“Lina..,” ucap gadis mungil lencir punya rambut panjang sepinggangnya itu menjabat tanganku bersama lembut sekali.
Gadis ini berkulit kuning bersih bersama dadanya yg mungil slim. Dirinya memanfaatkan kaos singlet putih ketat & celana jeans yg dipotong pendek berumbai-rumbai. Lagi-lagi Lina, gadis menawan beralis tebal itu sebagaimana Tami, Tidak memakai BH. Begitupun Dian, gadis ke-3 yg bertubuh kekar seperti pria itu & punya rambut pendek sebatas bahunya yg kokoh. Putri77.com
Kulitnya kuning langsat bersama kaos ketat kuning & celana pendek hitam ketat juga. Cuma saja, dada Dian nampak paling agung & kencang sekali. Lebih akbar daripada Tami. Cetakan ke-2 putingnya nampak menonjol ketat.
Saya akan menyaksikan pandangan mata mereka amat tajam ke arah tubuhku. Saya pikir itu maklum, karena favorite mereka waktu ini telah hadir di depan mata mereka.
“Dimana ingin foto-foto bersamanya..?” tanyaku yg digelandang masuk ke area tengah.
“Sabar Dulu dong Mas, kita kan butuh ngobrol-ngobrol. Kenalan lebih dalam, duduk bareng.. gitu. Slow saja dahulu.. ya..?” sahutt Dian menggaet lengan kananku & mengusap usap dadaku sesudah ritsluting jaket trainingku di turunkan sebatas perutku.
“Ouh, kekar sekali. Berotot, & penuh daging yg hebat. Hekto Meter..,” sambungnyaa sedikit bergumam sembari menggerayangi puting ku & semua dadaku.
Saya menjadi geli & hendak menampikk perlakuannyaa. Namun kubatalkan & membiarkan tangan-tangan ke-3 gadis ABG itu menggerayangi dada ku sesudah mereka sukses melepas jaketku.
Kuakui, saya sendiri pun menikmati perlakakuan spesial mereka ini. Sekarang Ini saya dipindah ke suatu kamar yg luas dgn dinding yg penuh foto-foto hasil klipingan mereka mengenai saya. Saya kagum. Sejenak mereka membiarkanku terkagum & menikmati karya mereka di tembok itu.
“Bagaimana..?” bertanya Lina jelang & merangkul lengan kiriku.
Lagi-lagi jemari tangan kirinya menggerayangi puting & dadaku. Kudengar nafas Lina telah megap-megap. Dulu Dian menyusul & memelukku dari belakang, menggerayangi dadaku & menciumi punggungku. Waktu Ini saya memang lah geli dibuatnya.
“Sudahlah, tambah baik jangan sampai seperti ini caranya. Menurutnya ingin foto-foto..?” kataku cobalah melepaskan diri dari serbuan bibir & jemari mereka.
“Iya, betul sekali. Saksikan kemari Mas Andre..!” sahut Tami yg berdiri di belakangku.
Saya serentak membalikkan tubuhku & seketika saya terperanjat. Mataku melotot tak yakin bersama penuh ketidaktahuan & ngerti seluruh ini.
“Ada apa ini, apa-apa ini ini..? Kalian ingin merampokku..?” tanyaku protes menonton Tami telah menodongkan pistol automatic yg di lengkapi bersama peredam nada itu ke arah kepalaku.
“Ya. Merampok dirimu. Jiwa & ragamu. Semuanya. Ini pistol beneran. & kami tak main..!” sahut Tami dgn wajah yg waktu ini menjadi beringas & ganas.
Begitupun Lina & Dian. Suatu letupan menyalak lembut & menghancurkan vas bunga di pojok sana. Saya terhenyak kaget. Mereka berdua memegangi lengananku dgn kuat sekali. Saya nyaris tak yakin bersama tenaga mereka.
“Tidak ada poto. Tetapi, di tempat ini, kami memasang sekian banyak camera video yg kami setel dengan cara automatic. Tiap-tiap lokasi ada camera & camera. Seluruh terjadi automatis cocok programnya. Copot celananya, Lin..!” ucap Tami membentak.
Saya hendak berontak, namun dgn kuat Dian memelintir lenganku.
“Ahkk..!”
“Jangan macem-macem. Menurut ialah kunci selamatmu. Ngerti..!” bentak Dian tersenyum sinis.
Celana trainingku sekarang ini lepas, berikut sepatuku & kaos kakinya. Lina amat sangat langsung melakukannya. Sekarang Ini saya cuma menggunakan cawat hitam kesukaanku yg teramat ketat sekali & mengkilap. Bahkan cawat ini tak lebih seperti secarik kain lentur yg membungkus zakar & pelirku saja. Karena karetnya amat slim & seperti tali.
“Kamu benar-benar seksi & kekar..,” ujar Tami jelang & menggerayangi zakarku.
“Iya Tam. Waktu Ini aja ya, saya udah nggak sabar nih..!” sahut Dian mengelus-elus pantatku.
“Sama dong. Namun siapa duluan..?” sahut Lina membawa sebotol minyak badan buat atlet binaraga.
Kulihat mereknya yg diambil Lina yg paling mahal. Tampaknya mereka tahu barang yg berkwalitas.
“Diam & diam, oke..?” kata Lina menuangi minyak itu ke tangannya.
Begitupun Dian & Tami. Serentak saja jemari-jemari tangan mereka mengolesi seluruhnya tubuhku dgn minyak. Bergantian mereka meremas-remas batang zakarku & buah pelirku yg tetap memanfaatkan cawat ini dgn penuh nafsu. Saya waktu ini sadar, mereka fans yg maniak sex berat. Biarpun masihlah ABG. Dgn buas, Tami merengut cawatku bersama pisau lipatnya, yg langsung disambut tawa ngakak temannya. Zakarku benar-benar telah setengah berdiri sebab dorongan & rangsangan dari stimulasi tindakan mereka. Bagaimanapun pula, meskipun dalam situasi yg tertekan, saya masihlah normal. Saya masihlah terangsang atas perlakuan mereka.
“Ouh, amat agung & panjang. Besar sekali Lin..,” papar Dian kagum & suka sembari menimang-nimnag zakarku.
Sedangkan Tami meremas-remas buah pelirku bersama gemas sekali, maka saya serta-merta melengking sakit.
“Duh, rambut kemaluannya dicukur indah. Apik ya..!” sahut Dian mengusap potongan wujud rambut kemaluanku yg benar-benar kurawat dgn mencukur rapi.
“Auuhk.., jangan sampai. Janganlah.., sakit..!” ucapku yg malah bikin mereka tertawa menyukai.
Lina sendiri menciumi daging zakarku & menjilat-jilat buas pelirku. Saya masih berdiri bersama ke-2 kakiku agak terbuka.
Mereka dgn buasnya menjilati & menciumi zakar & buah pelirku pun pantatku.
“Ouh.. jangan sampai.. aauhk.. ouhhk.. aahkk..!” teriak-teriak mulutku terangsang hebat.
Perihal itu menciptakan Tami menjadi ganas dalam mengocok-ngocok batang zakarku. Sedangkan Lina gantian meremas-remas buah pelirku. Sementara Dian menghisap putingku & memelintirnya, maka putingku menjadi keras & kencang. Ke-2 tanganku sekarang berpegangan terhadap badan mereka, lantaran dorongan birahiku yg mendadak itu. Saya kian menjerit-jerit mungil & nikmat. Teriakan mereka yg diselingi tawa gemar kian menambah garang perlakuan mereka atas badan telanjang ku.
Bergantian mereka mngocok ngocok zakar ku sampai kian mengeras & memanjang. Bahkan mereka dgn buasnyaa bergantian menyedot nyedot zakar ku bersama memasu kan ke dalam mulut mereka sampai sampai mereka terbatuk batuk dikarenakan zakarku menusuk kerongkongan mereka.
“Nikmat sekali zakarnya, hmm.., cobalah diukur Dian. Berapa panjang & besar nya, saya kok percaya, ini teramat panjang..!” papar Tami sambil konsisten mengulum-ngulum & menjilati zakarku.
Dian serta-merta mengukur panjang & besar nya zakarku.
“Gila, panjangnya 23 sentimeter, & garis lingkarnya.. hmm.., 18 senti. Apa-apaan ini. Kita tentu terpuaskan. Dirinya tentu hebat & kuat..!” papar Dian kagum sambil mengikat pangkal batang zakarku bersama tali sepatu dengan cara kuat.
Begitupun pangkal buah pelirku diikat tali sepatu sendiri. Sementara Lina gantian saat ini yg mengocok-ngocok zakarku sambil mengulum-ngulumnya. Karuan saja, zakarku menjadi tambah keras & merah panas membengkak hebat. Otot-ototnya mengencang ganas. Saya kian menjerit-jerit tak kuat & tak kuasa lagi menahan spermaku yg hendak muncrat ini.
Mendengar itu, Lina mencopot lagi tali sepatuku di batang zakarku & pelirku. Cepat-cepat mereka terhubung mulutnya lebar-lebar di depan moncong zakarku sambil tetap mengocok-ngocok paling ganas & kuat.
“Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!” menyembur spermaku yg mereka bagi rata ke mulutnya masing-masing.
Bergantian mereka menjilati sisa-sisa spermaku sambil mengurut-ngurut batang zakarku supaya sisa yg tetap di dalam batang zakarku ke luar seluruh.
“Hmm.. nikmat sekali. Enak..!” ujar Diam gemar.
“Iya, spermanya nyata-nyatanya tidak sedikit sekali.. kental..!” sahut Lina.
“Ayo, ikat ia di ruangan penyiksaan. Serta-merta..!” perintah Tami berdiri, diikuti Lina & Dian.
Sedangkan saya masihlah lemas. Rasa-rasanya ingin hancur badanku. Saya nurut saja perintah mereka. Memasuki area penyiksaan.
Apa serta itu? Mereka bersama serentak memasang gelang besi di ke-2 tangan & kakiku. Rantai besi ditarik ke atas. Sekarang tubuhku merentang keras menempa huruf X. Posisi badanku dibikin sejajar bersama lantai yg kira-kira setinggi satu meteran itu. Lampu menyorot kuat ke arahku. Keringatku menetes-netes deras.
“Siapa kalian ini sebenarnya..?” tanyaku memberanikan diri.
“Diam..! Tidak ada pertanyaan. & tidak boleh tanya. Pokoknya menurut. Anda waktu ini budak kami. Ngerti..!” bentak Tami mencambuk dadaku & punggungku dgn cambuk yg berupa lima utas kulit yg ujungnya terdapat bola berduri. Sakitnya menakjubkan.
Mendadak Dian mengakses lantai di bawahku. Saya kaget, rupanya dibawah sana ada liang seukuran kira-kira lebar 50 senti & panjang dua meteran. & di lubang sedalam kira-kira satu meteran itu terdapat tumpukan batu bara yg membara panas sekali! Layak saja, tadi kakiku pernah merasakan panasnya lantai ubin ini. Meski sekarang tubuhku setinggi kurang dari dua m dari bara, tetapi saya tetap kuat merasakan betapa panasnya batu bara itu uapnya membakar kulit tubuhku bidang belakang.
“Cambuk tetap..! Sirami dgn minyak & jus ..!” perintah Tami mencambuki kaki ku.
Sedangkann Lina mencambuki dada ku. Dian mencambuki punggung ku. Panas & pedih, seluruh bercampur menjadi 1. Bersamaan mereka pun mencambuki zakar & pelirku yg masihlah setengah tegang ereksinyaa. Batu bara yg tertimpa minyak & jus tomat itu mengeluarkan asap panas yg serentak membakar kulitku. Entah, di menit keberapa saya bersi kukuh. Yg terang tak lama setelah itu saya pingsan.
Waktu terbangun, nyatanya saya telah terbaring diatas ranjang luas & empuk bersprei putih kain satin. Tetapi kondisiku tak jauh beda bersama disiksa tadi. Ke-2 tanganku dirantai di ke-2 ujung ranjang bawah, sedangkan badanku melipat ke atas dikarenakan ke-2 kakiku ditarik & rantainya diikatkan di ke-2 ujung ranjang atas kepalaku, maka dalam posisi seperti udang ini, saya akan menonton anusku sendiri. Putri77.com
Satu Buah bantal mengganjal punggungku. Lampu menyorotku. Tiba-tiba Lina telah mengakangi wajahku. & dirinya telanjang bulat. Kulihat vaginanya yg mengarah ke wajahku itu bersih dari rambut kemaluan. Rupanya sudah dipangkas bersih.
“Jilati, nikmati lezatnya kelentitku & vaginaku ini. Segera..!” teriak Lina menampar wajahku dua kali sambil seterusnya terhubung bibir vaginanya & menjejalkannya ke mulutku. Terpaksa, saya mulai sejak menjilati vagina & seluruhnya sektor di dalamnya sambil menghisap-hisapnya.
Lina mulai sejak menggerinjal-gerinjal geli & nikmat sambil meremas-remas sendiri duah dadanya & puting-puting susunya yg mungil itu. Kulihat selintas datang Dian & Tami yg pun telanjang bulat. Sejenak mereka berdua saling berpelukan & berciuman. Mereka nyata-nyatanya lesbian..! Lina cepat beranjak berdiri.
“Lakukan dahulu Linda, kami sedang ada mood nih..!” tutur Tami mencimui memek Dian yg berbaring di sebelah ku sambil menggerinjal gerinjal geli.
Ke-2 tangan Dian meremas-remas sendiri toketnya. Lina serentak saja membawa boneka zakar yg gede & lentur. Serentak saja Lina menuangi anusku bersama madu, juga merta gadis itu menjilati duburku. Saya menjadi geli.
Sekarang jemari Lina mulai sejak mengocok-ngocok zakarku, sesudah pada awal mulanya mengikat pangkal buah pelirku dengan cara kuat.
“Ouh.. aduh.., aahhk..,” teriakku mengerang sakit & nikmat.
Lina bersama serentak cepat menusukkan boneka zakar plastik itu ke dalam lobang anusku. Karuan saja saya menjerit sakit. Namun Lina tak perduli. Zakar plastik itu telah masuk dalam & dgn gila, Lina menikam-nikamkan ke anusku. Saya menjerit-jerit sejadinya. Sementara tangan satunya Lina konsisten mengocok-ngocok zakarku hingga ereksi kembali dgn kerasnya.
Tiba-tiba Tami mengakangi wajahku & mengencingi wajahku.
“Diminum. Minum pipisku.. serentak..!” perintah Tami menanpar-nampar pantatku.
Terpaksa, kutelan pipis Tami yg pesing itu. Rasanya saya ingin muntah. tambah baik menjilati memeknya ketimbang meminum air senisnya. Tami tertawa ngakak sambill membawa alih mengocok zakarku bersama buas.
“Gantian…!”ujar Dian menukar posisii Tami.
Pipis lagi. Saya waktu ini kenyang bersama pipis mereka. Tubuhku basah oleh pipis mereka. Lina tetap menusuk-nusuk duburku bersama zakar plastiknya. Pelan-pelan rantai dilepas, namun Lina malah membenamkan zakar plastik itu dalam-dalam di anusku. Kakiku dibuat mengangkang. Bersama buas, satu persatu memperkosaku.
“Auhk.. aahk.. ouhkk.. yeaah.. ouh..!” teriak-teriak mulut mereka menggenjot di atas tubuhnya sesudah memasukkan zakarku ke dalam vaginanya.
“Ouh.. ouhk, tak.. ahhk.. ahhk..!” menjeritku kesakitan lantaran sperma yg selayaknya muncrat terhambat oleh tali ikatan itu.
Cambuk kembali melecuti dadaku. Pokoknya tak ada yg diam nganggur. Dikala Tami menggagahiku, Lina mencambuk. Dian menetesi puting susuku dgn cairan lilin merah gede. Atau menyirami lilin panas itu ke anusku. Saking tak kuatnya saya, saat ini saya jatuh pingsan lagi.
Entah berapa lama saya pingsan. Diwaktu terbangun, tidak sedikit spermaku yg tercecer di perutku. Tak ada rantai. tak ada lilin.
Bahkan mereka serta ga ada di sekitarku. Kemana mereka? Perlahan saya beranjak berdiri, tertatih-tatih mencari pakaianku. Tubuhku penuh barut second cambuk & lilin mengering. Luar biasa sakit & pedihnya tersisa kurasakan.
Secarik kertas ditinggalkan mereka bertiga untukku. Kubaca dgn muak & marah.
Makasih atas waktumu. Namun kami belum puas menikmatimu. Kami tentu datang lagi buat kepuasan kami. Kami bertolak sebab ada mangsa baru yg lebih lemah tetapi kuat seksnya. Bila anda tolak, kami edarkan videonya. Awas, anda sekarang ini merupakan ‘anjing’ sex kami. Trim. Hingga pertemuan.

.gif)




